Mengenal Keunikan Rumah Joglo, Rumah Tradisional Jawa
Rumah Joglo adalah rumah tradisional Jawa. Meski sama-sama menjadi rumah tradisional Jawa, rumah limasan dan rumah joglo berbeda lho. Sebenarnya, apa sih keunikan rumah joglo dan bagaimana sejarahnya? Yuk kita simak sama-sama.
Table of Contents
Rumah Joglo, Sejarah dan Keunikannya
Rumah tradisional di daerah Jawa biasa disebut Joglo. Rumah tradisional Jawa ini kini sudah cukup jarang dijadikan sebagai hunian, akan tetapi cukup sering untuk dijadikan tambahan area untuk hotel maupun restoran yang mengangkat tema-tema tradisional.
Pada zaman dulu, Joglo menjadi simbol dari status sosial. Umumnya orang yang biasa menggunakan rumah ini untuk menunjukkan status sosial karena biasanya orang yang memiliki rumah Joglo adalah orang yang mampu secara finansial.
Bahan-bahan untuk membangun rumah tradisional ini cukup mahal dan waktu pembuatannya pun cukup lama. Pada jaman dulu Joglo hanya dapat digunakan oleh raja, bangsawan, dan pangeran saja lho. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, kini rumah Joglo dapat dinikmati oleh berbagai kalangan.
Rumah ini terlihat unik karena memiliki tampilan yang cukup berbeda dengan rumah tradisional yang lain. Tentunya setiap rumah tradisional memiliki keunikannya tersendiri, termasuk rumah tradisional khas jawa ini.
Rumah joglo terdiri atas empat tiang utama. Istilah kata ‘joglo’ berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu ‘tajug’ dan ‘loro’. Kedua kata tersebut berarti dua tajug yang disatukan. Tajug adalah atap berbentuk piramida atau limas bujur sangkar, yaitu dasar persegi empat sama-sisi dan satu puncak.
Selain digunakan pada atap rumah tradisional daerah Jawa, atap tajug juga digunakan pada bangunan-bangunan suci seperti masjid atau cungkup makam.
Bangunan Rumah Tradisional Jawa
Atap tajug joglo ditopang oleh empat tiang utama yang biasa disebut dengan Soko Guru. Keempat jumlah tiang penyangga utama ini mewakili kekuatan yang berasal dari empat penjuru mata angin yang ada, yaitu utara, selatan, timur, dan barat.
Berdasarkan dari filosofi tersebut, insan berada di tengah perpotongan keempat arah mata angin tersebut. Lokasi tersebut dipercaya memiliki getaran magis yang tinggi. Titik perpotongan ini dapat disebut sebagai ‘Pancer’ atau ‘Manunggaling Kiblat Papat’.
Selain itu, rumah tradisional Jawa ini terbagi menjadi tiga bagian. Area pertama adalah ‘pendopo’ yang biasa digunakan sebagai ruang pertemuan. Area kedua adalah ruang tengah yang biasa disebut sebagai ‘pringgitan’ dan area terakhir adalah ruang belakang atau ruang di dalam yang berfungsi sebagai ruang keluarga.
Pendopo
Pendopo adalah salah satu bagian dari joglo. Bagian pendopo terletak di depan rumah. Biasanya pendopo digunakan sebagai area untuk melaksanakan aktivitas formal seperti pertemuan, upacara adat yang sakral, hingga sebagai tempat pagelaran seni. Jika ada pertunjukan wayang kulit dan tarian biasanya dilaksanakan di area pendopo.
Area pendopo adalah area yang terbuka dan sering sekali dibangun dengan detail dan memperlihatkan kemegahan serta terlihat berwibawa.
Pringgitan
Pringgitan adalah ruang tengah yang biasanya dipakai untuk menerima tamu yang memiliki hubungan dekat dengan pemilik rumah. Umumnya, pringgitan menjadi ruang yang dapat menghubungkan antara pendopo dengan omah.
Pringgitan dapat juga menjadi area di mana pemilik rumah menyimbolkan diri sebagai bayangan Dewi Sri. Dewi Padi ini dipercaya sebagai sumber dari segala kehidupan, kesuburan, dan juga kebahagiaan.
Dalem atau Ruang Utama
Bagian ‘dalem’ adalah bagian yang dipakai untuk tempat tinggal. Pada bagian dalam area ini memiliki sejumlah kamar yang disebut ‘senthong’. Pada zaman dulu, senthong diciptakan sejumlah tiga bilik. Kamar pertama digunakan untuk laki-laki, kamar kedua dikosongkan, dan kamar ketiga digunakan oleh perempuan.
Kamar kedua yang kosong tetap diisi dengan sejumlah furniture. Biasanya kamar ini disebut sebagai krobongan. Ruang kosong ini digunakan sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda pusaka. Terkadang ruang ini juga dipakai sebagai ruang untuk pemujaan terhadap Dewi Sri. Oleh karena itu ruangan ini dianggap sebagai ruangan yang paling suci dari semua ruang.
Akan tetapi, krobongan juga dapat digunakan untuk pengantin baru, lho. Pasangan yang baru saja menikah tidak tidur bersama dengan saudara yang lainnya dan tidur di dalam krobongan.
Menarik ya mempelajari salah satu rumah tradisional di daerah Jawa Tengah? Yuk pantengin terus blog Qhomemart yang menyediakan berbagai informasi, tips & trick, inspirasi desain, dan lain sebagainya.
Butuh keperluan rumah? Yuk belanja di Qhomemart. Tersedia berbagai kebutuhan rumah mulai dari bahan bangunan, lantai, atap, dan lain sebagainya.